Selasa, 31 Mei 2016

Banjir di Aceh Besar, Pemilik Tambak Ikan Lele dan Nila Tekor

ACEH BESAR - Banjir yang melanda kawasan di sejumlah lokasi di Aceh Besar, membuat pelaku usaha tambak ikan harus merelakan kehilangan ratusan bibit ikan.

Hujan tidak henti-hentinya, membuat air meluap mengeluarkan ikan dari tambak.

Emil Ikhsan, salah seorang pengusah tambak ikan Lele dan Nila, warga Ujong XII, Kecamatan Ingin Jaya mengaku, sejak diguyur hujan, ikan miliknya yang ada di tambak dibawa arus air hujan. Ikan‘kabur’ dari tambak ini mengakibatkan mereka terpaksa berusaha mencari bibit kembali.

"Tahap pertama kami melakukan pemeliharaan sebanyak 100 ribu bibit ikan. Itu pun kami dapat bantuan dari Dinas Perikanan dan Kelautan Aceh Besar," ungkapnya, Kamis (25/12).

Untuk itu, ia berharap kepada pemerintah Kabupaten Aceh Besar dapat memberikan bantuan.

Terkait hal ini, Kabid Budidaya ikan Dinas Perikanan dan Kelautan Aceh Besar, Amiruddin menyampaikan, sudah menerima laporan dari beberapa kelompok penambak ikan yang mengalami kerugian karena bencana banjir yang melanda Aceh Besar beberapa hari ini.

"Kalau bantuan petani tambak kedepan kita lihat dulu, kita sesuaikan dengan anggaran yang ada," kata dia.

Senin, 30 Mei 2016

BKPPP Tapaktuan Aceh Selatan Sinergikan Program Pertanian dan Perikanan

TAPAKTUAN | DiliputNews.com – Dalam rangka meningkatkan program ketahanan pangan dan mensinergikan program kerja bidang pertanian di Aceh Selatan, Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluh Pertanian (BKPPP), menggelar rapat koordinasi dengan dinas lintas sektoral terkait beserta para kelompok pelaku usaha pertanian di Kantor BKPPP Tapaktuan, Senin (11/2).

Kegiatan yang di gelar dalam bentuk “Coffee Morning” itu, juga turut di hadiri Kasdim 0107 Aceh Selatan, Mayor Inf Abdul Rahman, Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Aceh Selatan, Darman SP, mewakili dari Dinas Kehutanan dan Kepala Bidang Pengairan Dinas PU.

Sedangkan dari para pelaku usaha pertanian, di antaranya hadir dari pengrajin usaha bibit kakau, jabon, cabe, jagung, padi, pengrajin usaha bibit lele serta ketua forum Pala Aceh Selatan.

Kepala BKPPP Aceh Selatan, TR Fahsul Falah S Sos M Si, mengatakan tujuan digelarnya kegiatan tersebut di maksudkan agar dapat mensinergikan seluruh program pertanian antara Dinas terkait dengan para pelaku usaha pertanian di lapangan dalam rangka meningkatkan program ketahanan pangan di Aceh Selatan.

“Selama ini, para pelaku usaha pertanian di lapangan sering mengeluh karena merasa seperti kurang mendapat perhatian dari Pemerintah. Sementara, di sisi lain, Pemerintah melalui Dinas terkait mengklaim telah banyak membantu para petani melalui penyaluran bantuan seperti bibit gratis serta bantuan lainnya, jadi dengan di gelarnya pertemuan seperti itu dapat langsung di beri masukan dan solusi konkritnya di lapangan,” kata TR Fahsul Falah.

Menurutnya, jika di cross chek langsung ke lapangan, sebenarnya selama ini tingkat partisifasi dan antusiasme masyarakat petani untuk mengembangkan usaha pertaniannya sangatlah tinggi. Hal itu dapat di buktikan, kata dia, seperti usaha-usaha yang telah di lakukan oleh para pelaku usaha kelompok tani yang hadir tersebut.

“Oleh sebab itu, solusi konkrit untuk persoalan itu, tidak bisa hanya di pikirkan oleh BKPPP Aceh Selatan, tapi harus ada kemauan dan komitmen bersama antara para pelaku usaha pertanian itu dengan Dinas terkait di Aceh Selatan,” ujarnya.

Ia mengatakan, dari beberapa point penting yang di keluhkan oleh para pelaku usaha pertanian itu adalah terkait dengan tidak adanya ke stabilan harga di pasaran. “Salah satu contohnya adalah seperti hasil komoditi Cabe, para pelaku usaha pertanian di bidang itu selama ini sangat mengeluhkan terkait persoalan tidak stabilnya harga itu. Sehingga dalam pertemuan itu, mereka sangat mengharapkan kepada Pemerintah Kabupaten Aceh Selatan untuk mencari solusi untuk menstabilkan harga produk pertanian dan perikanan lele, gurami, patin, dengan cara membeli seluruh hasil produksi Pertanian,” tandasnya.

Di bagian lain, TR Fahsul mengungkapkan, dalam rangka menyahuti keluhan dan aspirasi para Petani tersebut, pihaknya berjanji dalam waktu dekat ini akan melakukan langkah-langkah komprehensif mencari solusi konkrit. “Salah satu langkah nyata yang akan kami lakukan dalam rangka menstabilkan harga hasil Produksi Pertanian itu adalah, akan membangun kerja sama dengan pihak-pihak luar seperti Perusahaan Indofood dan lain sebagainya,” pungkasnya.

Minggu, 29 Mei 2016

PANDUAN CARA BUDIDAYA IKAN LELE SISTEM NASA (NATURAL NUSANTARA) MEDAN SUMATERA UTARA

Salah satu teknik budidaya ikan lele adalah sistem Natural Nusantara yang banyak diaplikasikan banyak pembudidaya ikan lele. Sedangkan produk tersebut pun mudah didapatkan di berbagai daerah, salah satu penjual online produk tersebut adalah Maju Bersama Poultry Shop di Sumatera Utara melalui www.majubersamaps.com. Berikut ini saya lampirkan mengenai budidaya ikan lele sistem Natural Nusantara, selamat menyaksikan pak kumis .................
 
A. PENDAHULUAN
Lele merupakan jenis ikan yang digemari masyarakat, dengan rasa yang lezat, daging empuk, duri teratur dan dapat disajikan dalam berbagai macam menu masakan. PT. NATURAL NUSANTARA dengan prinsip K-3 (Kuantitas, Kualitas dan Kesehatan) membantu petani lele dengan paket produk dan teknologi.
 
B. PEMBENIHAN LELE
Adalah budidaya lele untuk menghasilkan benih sampai berukuran tertentu dengan cara mengawinkan induk jantan dan betina pada kolam-kolam khusus pemijahan. Pembenihan lele mempunyai prospek yang bagus dengan tingginya konsumsi lele serta banyaknya usaha pembesaran lele.
 
C. SISTEM BUDIDAYA
Terdapat 3 sistem pembenihan yang dikenal, yaitu :
Sistem Massal. Dilakukan dengan menempatkan lele jantan dan betina dalam satu kolam dengan perbandingan tertentu. Pada sistem ini induk jantan secara leluasa mencari pasangannya untuk diajak kawin dalam sarang pemijahan, sehingga sangat tergantung pada keaktifan induk jantan mencari pasangannya.
Sistem Pasangan. Dilakukan dengan menempatkan induk jantan dan betina pada satu kolam khusus. Keberhasilannya ditentukan oleh ketepatan menentukan pasangan yang cocok antara kedua induk.
Pembenihan Sistem Suntik (Hyphofisasi).
Dilakukan dengan merangsang lele untuk memijah atau terjadi ovulasi dengan suntikan ekstrak kelenjar Hyphofise, yang terdapat di sebelah bawah otak besar. Untuk keperluan ini harus ada ikan sebagai donor kelenjar Hyphofise yang juga harus dari jenis lele.

D. TAHAP PROSES BUDIDAYA
1. Pembuatan Kolam.
Ada dua macam/tipe kolam, yaitu bak dan kubangan (kolam galian). Pemilihan tipe kolam tersebut sebaiknya disesuaikan dengan lahan yang tersedia. Secara teknis baik pada tipe bak maupun tipe galian, pembenihan lele harus mempunyai :

Kolam tandon. Mendapatkan masukan air langsung dari luar/sumber air. Berfungsi untuk pengendapan lumpur, persediaan air, dan penumbuhan plankton. Kolam tandon ini merupakan sumber air untuk kolam yang lain.
Kolam pemeliharaan induk. Induk jantan dan bertina selama masa pematangan telur dipelihara pada kolam tersendiri yang sekaligus sebagai tempat pematangan sel telur dan sel sperma.
Kolam Pemijahan. Tempat perkawinan induk jantan dan betina. Pada kolam ini harus tersedia sarang pemijahan dari ijuk, batu bata, bambu dan lain-lain sebagai tempat hubungan induk jantan dan betina.
Kolam Pendederan. Berfungsi untuk membesarkan anakan yang telah menetas dan telah berumur 3-4 hari. Pemindahan dilakukan pada umur tersebut karena anakan mulai memerlukan pakan, yang sebelumnya masih menggunakan cadangan kuning telur induk dalam saluran pencernaannya.

2. Pemilihan Induk
Induk jantan mempunyai tanda :

tulang kepala berbentuk pipih
warna lebih gelap
gerakannya lebih lincah
perut ramping tidak terlihat lebih besar daripada punggung
alat kelaminnya berbentuk runcing.

Induk betina bertanda :

tulang kepala berbentuk cembung
warna badan lebih cerah
gerakan lamban
perut mengembang lebih besar daripada punggung alat kelamin berbentuk bulat.

3. Persiapan Lahan.
Proses pengolahan lahan (pada kolam tanah) meliputi :

Pengeringan. Untuk membersihkan kolam dan mematikan berbagai bibit penyakit.
Pengapuran. Dilakukan dengan kapur Dolomit atau Zeolit dosis 60 gr/m2 untuk mengembalikan keasaman tanah dan mematikan bibit penyakit yang tidak mati oleh pengeringan.
Perlakuan TON (Tambak Organik Nusantara). untuk menetralkan berbagai racun dan gas berbahaya hasil pembusukan bahan organik sisa budidaya sebelumnya dengan dosis 5 botol TON/ha atau 25 gr (2 sendok makan)/100m2. Penambahan pupuk kandang juga dapat dilakukan untuk menambah kesuburan lahan.
Pemasukan Air. Dilakukan secara bertahap, mula-mula setinggi 30 cm dan dibiarkan selama 3-4 hari untuk menumbuhkan plankton sebagai pakan alami lele.

Pada tipe kolam berupa bak, persiapan kolam yang dapat dilakukan adalah :

Pembersihan bak dari kotoran/sisa pembenihan sebelumnya.
Penjemuran bak agar kering dan bibit penyakit mati. Pemasukan air fapat langsung penuh dan segera diberi perlakuan TON dengan dosis sama.

4. Pemijahan.
Pemijahan adalah proses pertemuan induk jantan dan betina untuk mengeluarkan sel telur dan sel sperma. Tanda induk jantan siap kawin yaitu alat kelamin berwarna merah. Induk betina tandanya sel telur berwarna kuning (jika belum matang berwarna hijau). Sel telur yang telah dibuahi menempel pada sarang dan dalam waktu 24 jam akan menetas menjadi anakan lele.
E. Pemindahan.
Cara pemindahan :

kurangi air di sarang pemijahan sampai tinggi air 10-20 cm.
siapkan tempat penampungan dengan baskom atau ember yang diisi dengan air di sarang.
samakan suhu pada kedua kolam
pindahkan benih dari sarang ke wadah penampungan dengan cawan atau piring.
pindahkan benih dari penampungan ke kolam pendederan dengan hati-hati pada malam hari, karena masih rentan terhadap tingginya suhu air.

5. Pendederan.
Adalah pembesaran hingga berukuran siap jual, yaitu 5 – 7 cm, 7 – 9 cm dan 9 – 12 cm dengan harga berbeda. Kolam pendederan permukaannya diberi pelindung berupa enceng gondok atau penutup dari plastik untuk menghindari naiknya suhu air yang menyebabkan lele mudah stress. Pemberian pakan mulai dilakukan sejak anakan lele dipindahkan ke kolam pendederan ini.
6. Manajemen Pakan.
Pakan anakan lele berupa :

pakan alami berupa plankton, jentik-jentik, kutu air dan cacing kecil (paling baik) dikonsumsi pada umur di bawah 3 – 4 hari.
Pakan buatan untuk umur diatas 3 – 4 hari. Kandungan nutrisi harus tinggi, terutama kadar proteinnya.
Untuk menambah nutrisi pakan, setiap pemberian pakan buatan dicampur dengan POC NASA + VITERNA Plus dengan dosis 1 – 2 cc/kg pakan (dicampur air secukupnya), untuk meningkatkan pertumbuhan dan ketahanan tubuh karena mengandung berbagai unsur mineral penting, protein dan vitamin dalam jumlah yang optimal.

7. Manajemen Air.
Ukuran kualitas air dapat dinilai secara fisik :

air harus bersih
berwarna hijau cerah
kecerahan/transparansi sedang (30 – 40 cm).

Ukuran kualitas air secara kimia :

bebas senyawa beracun seperti amoniak
mempunyai suhu optimal (22 – 26 0C).

Untuk menjaga kualitas air agar selalu dalam keadaan yang optimal, pemberian pupuk TON sangat diperlukan. TON yang mengandung unsur-unsur mineral penting, lemak, protein, karbohidrat dan asam humat mampu menumbuhkan dan menyuburkan pakan alami yang berupa plankton dan jenis cacing-cacingan, menetralkan senyawa beracun dan menciptakan ekosistem kolam yang seimbang. Perlakuan TON dilakukan pada saat oleh lahan dengan cara dilarutkan dan di siramkan pada permukaan tanah kolam serta pada waktu pemasukan air baru atau sekurang-kurangnya setiap 10 hari sekali. Dosis pemakaian TON adalah 25 g/100m2.
 
8. Manajemen Kesehatan.
Pada dasarnya, anakan lele yang dipelihara tidak akan sakit jika mempunyai ketahanan tubuh yang tinggi. Anakan lele menjadi sakit lebih banyak disebabkan oleh kondisi lingkungan (air) yang jelek. Kondisi air yang jelek sangat mendorong tumbuhnya berbagai bibit penyakit baik yang berupa protozoa, jamur, bakteri dan lain-lain. Maka dalam menejemen kesehatan pembenihan lele, yang lebih penting dilakukan adalah penjagaan kondisi air dan pemberian nutrisi yang tinggi. Dalam kedua hal itulah, peranan TON, POC NASA, VITERNA Plus sangat besar. Namun apabila anakan lele terlanjur terserang penyakit, dianjurkan untuk melakukan pengobatan yang sesuai. Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh infeksi protozoa, bakteri dan jamur dapat diobati dengan formalin, larutan PK (Kalium Permanganat) atau garam dapur. Penggunaan obat tersebut haruslah hati-hati dan dosis yang digunakan juga harus sesuai.

Sabtu, 28 Mei 2016

Berkat Budidaya Ikan Lele, Tanah Berongga Aceh Tamiang Menapak Sejahtera

Budidaya lele mengubah wajah Kampung Tanah Berongga. Dari tak ternama menjadi populer. Berpotensi menjadi kampung lele. Potret pemberdayaan masyarakat membangun kemandirian.

Kreativitas bisa datang dari siapa saja dan dimana saja, tak mengenal tempat dan pendidikan. Nun jauh di sana, di Kampung Kebun Tanjung, Seumantoh , Kecamatan Karang Baru, Aceh Tamiang, Hadiyanto yang tak tamat SMP berhasil menemukan formula jamu yang ampuh meningkatkan produktivitas lele. Jika di tempat lain, dari 1.000 ekor benih maksimal hanya dihasilkan 100 kilogram (kg), berkat ramuan ajaib tersebut, di tempat ini bisa mencapai 120 kg sampai 140 kg.

Kampung yang lebih populer dikenal dengan sebutan Tanah Berongga pun kini sumringah. Hampir tiap rumah memanfaatkan pekarangannya untuk budidaya lele. “Biaya jamu untuk seribu ekor lele sekitar Rp 50 ribu,” ujar Hadiyanto yang lebih senang menyebut dirinya sebagai buruh serabutan dari pada petani. Alasannya karena tak punya lahan. Bagi Hadiyanto, kini 44 tahun, petani adalah sebutan terhormat. Kepemilikan lahan melekat otomatis pada frasa tersebut.

Tambahan biaya untuk jamu ini terkompensasi hasil panen yang lebih berat. Dengan kelebihan 20 kg – 40 kg, setelah dikurangi Rp 50 ribu untuk pangan , pembudidaya masih bisa mengantongi kelebihan Rp 200 ribu sampai Rp 400 ribu dibandingkan pembudidaya konvensional. Dengan kenaikan harga pakan, praktis kalau hanya menghasilkan 100 kg, margin yang didapat sangat tipis, tak sampai seratus ribu. “Tapi lele kami lebih berat, bukan hanya karena jamu,“ ujar Hadiyono merendah .

Jamu lele lahir, sebetulnya dari keputusasaan. Tiga tahun lalu semua anggota kelompok tani “Sido Urip” lemas saat mendapati lele yang dipeliharanya banyak yang mati. Padahal, mereka mulai menggantungkan harapan, bahwa lele bisa mengatrol periuk mereka. Penyuluh dari Badan Penyuluh Pertanian Kabupaten Tamiang menyarankan untuk memakai bibit lokal yang dibenihkan di Tamiang . Sebelumnya, mereka mendatangkan bibit dari Kota Binjai Sumatera Utara dan Banda Aceh. Dengan jarak pengiriman yang jauh, banyak lele stres

Saat bersamaan , Hadiyono teringat pada kebiasaannya memberikan jamu pada ayam peliharaannya. Dengan jamu itu, ayamnya lebih sehat, jauh dari penyakit, jamu yang dibuatnya tersebut hampir sama dengan ramuan herbal produk HERBAVIT PLUS yang banyak dipasarkan di toko-toko peternakan . Dengan berbagai modifikasi, akhirnya tercipta jamu lele seperti produk PHPMB Probiotik Perikanan. Usul Pak Penyuluh plus jamu lele racikan Hadiyono kembali menghidupkan asa. Lele yang ditebar bisa berumur panjang dan bertahan sampai panen. “ Jumlahnya malah nambah,“ ujar Hadiyono ngakak.

Biasanya dari pembelian seribu bibit, penjual memberi bonus, seratusan ekor. Karena tak ada yang mati, saat dihitung otomatis jumlahnya lebih dari seribu. “Pokoknya kalau lele sudah mau makan, tenang kita,“ ujar Hadiyono. Jamu lele itu memang dicampurkan ke dalam pakan, tidak ditebar langsung ke kolam lele.

Selain lebih berat, daging lele pelahap jamu lebih renyah, tak terlalu berlemak. Si lele juga akan lebih tahan terhadap serangan penyakit. Seperti juga khasiat jamu terhadap manusia, jamu racikan Hadiyanto ini akan menambah nafsu makan lele. Tak mengherankan, lele dari Tanah Berongga kini lebih diburu konsumen, meskipun harganya sedikit lebih tinggi dibandingkan di pasaran.

Selain jamu, Hadiyono juga berhasil menciptakan formula organik, biasa disebut EM (Effective Microorganism) untuk menjaga PH air tetap ideal. PH air ini untuk lele harus dijaga berkisar antara 6 sampai 8. “Bisa memakai bekas sayur-sayuran di pasar,” ujar Hadiyono . Ia mengaku keterampilannya meracik jamu maupun membuat formula didapat dari kursus-kursus yang diikutinya.

Hadiyono lebih rajin dibandingkan yang lain mengikuti pelatihan-pelatihan untuk petani yang diadakan berbagai lembaga. Tentu saja gratis. Oleh teman-temannya, sesama anggota Kelompok Tani Sido Urip, ia kerap dijuluki “tukang sekolah”. Sido Urip sudah berdiri sejak 1995. Jangan kaget, meski di Aceh, nama kelompoknya berbau Jawa.

Di wilayah Tamiang, termasuk Tanah Berongga kebanyakan memang pendatang dan etnis Jawa yang paling dominan, 60 % penduduk di Kabupaten Aceh Tamiang suku Jawa. Setiap ada tawaran mengikuti pelatihan gratis, yang paling rajin mengacungkan tangan minta dikirim, ya Hadiyono.

Meski terbukti paten menggemukkan lele, Hadiyono tak berniat mengkomersialkan temuannya. Resep dia bagi gratis kepada semua pembudidaya lele yang membutuhkan, baik dari Kampung Berongga maupun dari luar. “ Cita-cita kita sejak awal sejahtera bareng,“ ujar Hadiyono.

***

Kelompok Tani Sido Urip sudah berdiri sejak 1995. Meski sudah puluhan tahun, “urip” (hidup) yang dicita-citakan kelompok Sido Urip tak kunjung datang. Kehidupan anggota kelompok kembang kempis. Mereka nyaris tak merasakan manfaat keberadaan kelompok tani tersebut, antara ada dan tiada.

“Mungkin salah setting,” ujar Bambang Sutrisno, Ketua Kelompok Tani Sido Urip. Tanah di sana tak cocok untuk komoditi pertanian, lebih cocok untuk perikanan. Meski anggota kelompok tani sudah mengikuti berbagai pelatihan, hasilnya tak ada. Kelompok Tani pun seperti kerakap di atas batu, hidup segan mati tak mau.

Kondisi ini berlangsung puluhan tahun. Cahaya harapan mulai berpendar saat Field Rantau PT Pertamina EP menawarkan bantuan untuk mengembangkan lele pada akhir 2010. Kehidupan kelompok kembali berdenyut. Mereka pun menyodorkan nama baru “Kelompok Pembudidaya ikan (POKDAKAN) TanahBerongga. Tak berarti menghapus Kelompok Tani Sido Urip.“ Ibarat perusahaan Sido Urip itu holdingnya. POKDAKAN anak perusahaan, “ ujar Bambang ngakak. Pada perkembangannya, Sido Urip tetap menjadi label yang lebih sering disematkan orang pada kelompok ini.

Sebetulnya , lele bukan hal asing bagi penduduk di sana. Beberapa orang sudah membudidayakannya. Cuma berlangsung sporadis dan apa adanya, tanpa dibekali pengetahuan yang memadai. Akibatnya, lebih banyak rugi daripada untung.

“Saya pernah coba pelihara lele, hampir semuanya mati,” ujar Bambang. Rugi sekali, langsung bikin kapok .Ia akhirnya kembali ke rutinitasnya menjual tahu yang diproduksi orang tuanya. Ia menghapus lele dari daftar mimpinya.

Dedi Zikrian S, Staff CSR Field Rantau Pertamina EP menyebutkan, pengembangan lele yang ditawarkan Pertamina EP tak sekedar comot, tapi didasarkan pada studi terlebih dahulu . Karakter tanah di Tanah Berongga cocok untuk pengembangan lele, yakni tanah liat. Dengan karakter seperti itu , kolam tak pernah menyusut meski musim kemarau karena air tak merembes ke tanah.

Sebaliknya, saat selesai panen dan dikeringkan untuk musim berikutnya, kolam akan kering kerontang. Cahaya matahari akan melibas habis semua bakteri sehingga ketika lele mulai ditebar konsdisnya sudah betul-betul steril. Di tempat lain, pengeringan tak pernah sepenunya berhasil karena selalu ada rembesan air dari dalam tanah.

Di tempat lain, biasanya budidaya dikembangkan dengan menggunakan kolam dari semen. Tentunya, butuh biaya lebih besar. Padahal, program pemberdayaan didesain menjadi budidaya massal di desa tersebut, yang bisa dikembangkan penduduk dengan memanfaatkan tanah pekarangan.

Dalam perjalanannya, program ini sempat tersendat pada tahap awal. Bibit yang ditebar banyak yang mati. Anggota kelompok mulai berguguran. Dari 17 anggota kelompok, hanya sebelas orang yang bertahan . Mereka terus saling menyemangati, sampai akhirnya mereka berhasil mengatasi rintangan. Bambang ingat persis saat panen perdana, beberapa anggota kelompok sampai menitikkan air mata.

Kepercayaan diri yang hampir roboh perlahan tegak kembali. Kolam budidaya yang tadinya hanya delapan kolam, kini sudah berkembang menjadi 16 kolam. Tak hanya kolam pembesaran, tapi juga pembibitan. Selain dijual keluar, bibit itu juga untuk melayani kebutuhan internal. “Dulu bibit susah. Harus pesan dulu, “ ujar Bambang.

Keperc ayaan terhadap kelompok kembali pulih. Anggota yang tak aktif , kembali beredar. Bahkan sekarang sudah berkembang menjadi 19 orang. “Tiap anggota minimal dapat tambahan uang dapur dari lele Rp 1,2 juta per bulan,” kata Bambang. Bahkan dirinya mengaku mendapat tambahan dari lele sekitar Rp 3,5 juta perbulan .

Tak hanya bersandar pada kolam milik kelompok, tiap anggota diberi keleluasaan untuk membudidayakan di tempat masing-masing. Bambang sendiri mempunyai delapan kolam pembesaran dan satu kolam pembibitan.

Tanah Berongga pun, dari awalnya tak pernah dilirik orang, kini mulai ramai dikunjungi, mulai dari rakyat biasa yang ingin belajar sampai anggota dewan. Badan Pelayanan Penyuluh Pertanian Aceh Tamiang sudah mengirim dua angkatan untuk belajar budidaya lele di Tanah Berongga.

Suhardiansyah, tenaga penyuluh dari lembaga tersebut mengakui kelompok budidaya lele Tanah Berongga terbaik di seluruh Tamiang. “ Mereka punya keinginan untuk maju dan tak gampang menyerah,“ ujar pria yang akrab dipanggil Yayan tersebut.

Alhasil, Tanah Berongga pun menjadi sekolah bagi siapa saja yang ingin beternak lele. Dengan keberhasilannya, Bambang dipercaya pemerintah menjadi penyuluh perikanan swadaya. Berikutnya, dua anggota lain diajukan mendapatkan brevet yang sama

Dengan lele, Tanah Berongga mendaki ketenaran. Bambang menyebutkan ia dan kelompoknya masih punya mimpi. “ Kami ingin Tanah Berongga jadi kampung lele, untuk seluruh Aceh,” ujarnya, Ingat lele, ingat Kampung Berongga.

Jumat, 27 Mei 2016

Kelompok Peternak di Rorotan Jakarta Utara Dapat Bantuan Bibit Lele

Sebanyak 16 kelompok peternak di Kelurahan Rorotan, Cilincing, Jakarta Utara, mendapat bantuan bibit ikan dan benih padi dari Pemkot Jakarta Utara. Pemberian bibit itu agar mereka lebih semangat lagi menjalankan usahanya sebagai peternak dan petani.

"Bantuan tersebut di antaranya 30 ribu bibit ikan lele, empat induk lele, 40 kg benih padi, 20 pohon produktif dan lainnya. Memang tidak banyak, namun bisa memberikan dampak yang luar biasa," ujar Wali Kota Jakarta Utara, Rustam Effendi di Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Sukapura, Telaga Mas Rasita, Kelurahan Rorotan, Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara, Rabu (27/5).

Dia berharap bantuan ini mendatangkan hasil yang baik. Sebab ditahun lalu, hasil ternak dan pertanian mereka teredam banjir 10-15 cm.

Dirinya menjelaskan ke 16 kelompok (masing-masing kelompok 10-15 orang) penerima bantuan tersebut terdiri dari Gabungan Kelompok Tani Rorotan, Kelompok Wanita Tani Rorotan, perwakilan SMPN 200 Rorotan serta warga sekitar wilayah Rorotan.

Dalam kesempatan yang sana, Kepala Suku Dinas Kelautan, Pertanian, dan Ketahanan Pangan (KPKP) Jakarta Utara, Una Rusmana, berharap kelompok tani tersebut bisa lebih berkembang dalam berproduksi.

"Saya berharap mereka bisa lebih berkembang. Pasalnya wilayah ini terkenal kampung lele. Mata pencarian mereka terbesar ikan," jelas Una.

Una memaparkan, akan mengevaluasi seluruh kelompok peternak yang sudah menerima bantuan. Jika mereka didapat tidak bisa mengembangkan bibit yang sudah diberikan dengan baik, maka selanjutnya tidak akan mendapat bantuan lagi.

"Dalam evaluasi tersebut, kami akan melakukan pendampingan pada kelompok tani di wilayah sini, sehingga kita dapat melihat potensi produktif mereka dan selanjutnya melakukan penyuluhan," ucapnya.

Lanjutnya, selain penyuluhan juga akan dilakukan pengecekan pada kualitas bibit atau benih, ketersediaan pengairan (irigasi), dan pemberian pupuk atau pakan ternak secara rutin serta pemberian suplemen PHPMB Probiotik Perikanan untuk menguatkan dan mempercepat masa panen lele.

Kamis, 26 Mei 2016

Sekda Aceh Utara Harap Budidaya Ikan Lele Akuaponik Bantuan YPB dan PMI Jadi Pilot Project

Sekda Aceh Utara, Drs Isa Anshari MM didampingi Ketua Yayasan Putri Bungsu Jakarta, Lily Indria dan Kepala Markas PMI Aceh Utara, Hendra Yuliansyah S.Sos MA, menaburkan 15 ribu bibit ikan lele ke dalam wadah pertanian sistem Akuaponik, bantuan pemberdayaan bagi pengungsi Rohingya di shelter Blang Adoe, Kuta Makmur, Aceh Utara, Rabu (9/9/2015). (Foto: Bambang Iskandar Martin)

Aceh Utara – Sekretaris Daerah Kabupaten Aceh Utara, Drs Isa Anshari MM didampingi Ketua Yayasan Putri Bungsu Jakarta, Lily Indria dan Kepala Markas PMI Aceh Utara, Hendra Yuliansyah S.Sos MA, secara simbolis menaburkan 15 ribu bibit ikan lele, yakni bantuan pemberdayaan bagi pengungsi Rohingya di shelter Blang Adoe, Kecamatan Kuta Makmur, Kabupaten Aceh Utara, kerjasama Yayasan Putri Bungsu (YPB) Jakarta dengan PMI Aceh Utara, Rabu (9/9/2015).

Program pemberdayaan yang dikenal dengan nama pertanian sistem Akuaponik, yakni sistem pertanian berkelanjutan yang mengkombinasikan akuakultur dan hidroponik dalam lingkungan yang bersifat simbiotik itu, bertujuan untuk meningkatkan keterampilan hidup dan juga untuk menghilangkan rasa jenuh para pengungsi Rohingya selama di pengungsian, jelas Ketua YPB, Lily Indria kepada Sekda Aceh Utara, Drs Isa Anshari MM saat meninjau wadah pertanian dengan sistem Akuaponik tersebut.

Sementara itu, Drs Isa Anshari mengparesiasikan sekaligus menyampaikan rasa terima kasihnya kepada YPB dan PMI Aceh Utara yang telah ikut serta membantu Pemerintah Aceh Utara terkait penanganan pengungsi Rohingya melalui program sosial dan pemberdayaan.

“Semoga ini menjadi pilot project dan bisa dikembangkan untuk masyarakat di Aceh Utara khususnya,” harap Sekda.

Acara tersebut turut dihadiri oleh Asisten III Setdakab Aceh Utara, Drs Iskandar Nasri, Kabag Ekonomi, Halidi, Bendahara PMI, T Anwar ST dan Rahardian dari ACT, selaku Koordinator Shelter. (Bambang Iskandar Martin)

Rabu, 25 Mei 2016

Pertamina Sukses Pertebal Kocek Pembudidaya Lele di Karang Baru Aceh Tamiang

SIAPA yang tak senang jika ikan lele dipanen lebih cepat dan tingkat kematian dapat ditekan serendah mungkin? Tentunya, kocek pembudidaya akan tebal dibuatnya. Namun yang menjadi pertanyaan, bagaimana hal itu dapat dilakukan?

Awalnya, ada anggapan bahwa budidaya ikan lele itu mudah. Hanya dengan membuat kandang ayam di atas kolam, lele pun akan dapat tumbuh dengan subur dari pakan kotoran ayam. Namun, pemahaman umum dari orang awam tersebut tidak sepenuhnya benar. Pasalnya, membudidayakan ikan lele berkualitas dan berkuantitas tinggi itu tidaklah mudah.

Contohnya, kelompok pembudidaya ikan lele di Desa Kebun Tanjung Seumantoh, Kecamatan Karang Baru, Kabupaten Aceh Tamiang. Mereka hampir putus asa karena selalu mengalami masalah akibat kematian lele yang cukup tinggi.

“Pada 2011 kami mendatangkan benih lele dari Sumatera Utara untuk kami budidayakan. Namun gagal karena sebagian besar mati,” cerita Bambang, Ketua Kelompok Pembudidaya Ikan (Pokdakan) Lele Tanah Berongga.

Untuk membantu pembudidaya lele, pada 2012 Pertamina EP Field Rantau menggelar pelatihan pembenihan teknologi budidaya lele. Tak hanya itu, Pertamina juga berikan bantuan kolam ikan lele. Hasilnya cukup menggembirakan, pembudidaya lele berhasil melakukan pembenihan lele secara mandiri.

Selain itu, pelatihan tersebut juga membuat Pokdakan Lele Tanah Berongga berhasil mengembangkan suplemen pakan lele berbahan dasar rempah-rempah. Suplemen yang dinamai jamu herbal lele ini terbukti mampu meningkatkan daya tahan tubuh lele sehingga tingkat kematiannya menjadi hampir 0 persen dan memiliki kualiatas yang hampir sama dengan produk pabrikan seperti PHPMB Probiotik Perikanan, tubuh lele menjadi lebih padat sehingga saat dipanen timbangannya lebih berat, tidak berlendir dan berbau amis, serta lebih cepat dipanen.

“Dengan jamur herbal lele ini, peningkatan hasil panen kami cukup signifikan. Bila normalnya 1.000 benih menghasilkan 75 sampai 100 kilogram (Kg) lele dalam waktu 3 bulan, sekarang mampu menghasilkan 120 sampai 130 kg lele hanya dalam 75 hari,” tutur Bambang.

Inovasi Pokdakan Lele Tanah Berongga dari hasil pelatihan Pertamina EP Field Rantau tidak berhenti sampai di situ. Pada 2014, Pokdakan Lele Tanah Berongga menerapkan sistem berkebun sayuran akuaponik di sekitar kolam lele. Tujuannya, untuk menjernihkan air kolam. Kolam yang semakin lama semakin keruh dan tercemar amoniak dari kotoran dan pakan dialirkan ke sistem akuaponik sebagai media tanam. Dengan begitu, air yang mengalir kembali dari sistem akuaponik ke kolam lele menjadi jernih kembali.

“Kami cukup menghemat penggunaan air karena dengan sistem akuaponik ini kami tidak perlu lagi membuang separuh air kolam dan mengisinya dengan air baru,” tambah Bambang.

Air kotor dari kolam lele yang dialirkan ke sistem akuaponik justru menjadikan tanaman sayuran subur, karena kandungan kotoran lele tersebut menjadi nutrisi bagi tanaman.

Teknologi budidaya lainnya yang diterapkan Pokdakan Lele Tanah Berongga adalah teknologi padat tebar, yang intinya melipatgandakan jumlah benih lele yang ditebar dalam satu kolam. Tujuan teknologi yang mulai dikembangkan pada 2015 ini adalah mempersingkat masa panen.

Dengan harga Rp16.000/Kg, maka dalam sebulan Pokdakan Lele Tanah Berongga mampu memanen 3 ton lele sehingga mengantongi omzet kurang lebih Rp48 juta. Diiming-imingi peningkatan pendapatan yang cukup pesat dari pembudidayaan lele, sekarang anggota kelompok dan warga desa lainnya menambah jumlah kolam. Kolam lele yang tadinya hanya berjumlah enam sekarang menjadi 100 kolam.
(ris)

Selasa, 24 Mei 2016

Memperkenalkan Manfaat Probiotik kepada Pembudidaya Ikan di BPPP Medan

Oleh : Ir. Budiman Siregar, M.Pd

Pembuatan Probiotik
Probiotik sesuai dengan artinya, Pro = mendukung, biotik = kehidupan, jadi probiotik itu untuk mendukung kehidupan organisme yang kita pelihara atau kita budidayakan. Probiotik itu sebenarnyaadalah sekumpulan mikroba yang bersifat positif yang diharapkan apabila dimasukkan ke dalam suatu tambak/kolam akan meredam bakteri yang bersifat phatogen (bakteri penyebab penyakit) , sehingga bakteri pathogen tadi tidak menimbulkan penyakit pada ikan yang di budidayakan.

Beberapa jenis bakteri positif yang di kenal, antara lain Lactobacillus, Nitrobacter,dsb kehadirannya sangat diharapkan di kolam budidaya, karena sifatnya mempercepat proses dekomposisi atau menguraikan bahan-bahan organik seperti sisa pakan dan kotoran ikan, sehingga tidak sempat menimbulkan racun amoniak di kolam. Prof Dr Agus Irianto, MSc PhD, guru besar mikrobiologi Fakultas Biologi Universitas Jenderal Soedirman di Purwokerto mengungkapkan probiotik pada akuakultur besar manfaatnya. Kehadirannya bisa berperan antara lain sebagai imun untuk daya tahan, menghambat patogen, dan peningkatan nilai nutrisi melalui penyerapan maksimal. 'Probiotik perlu dikembangkan dalam akuakultur karena menyangkut hidup orang banyak,' katanya.

Dr I Nyoman Pugeg Aryantha, peneliti mikrobiologi di Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati (SITH) ITB dan Dr Ir Triyanto MSi, ketua Jurusan Perikanan dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada menyampaikan hal senada. Mereka sepakat, probiotik kini penting pada budidaya akuakultur. 'Probiotik dapat memperbaiki kondisi lingkungan lewat proses bioremediasi sehingga menguntungkan ikan budidaya,' ujar Triyanto.

Perbaiki lingkungan

Produk yang ramah lingkungan memang menjadi isu penting terutama bagi komoditas bernilai ekspor seperti udang vannamei. Menurut Edy Majid dari Balai Budidaya Air Payau (BBAP) Situbondo, Jawa Timur, sekitar 60% petambak di Desa Gelungan, Kecamatan Panarukan, Kabupaten Situbondo sejak 7 tahun lalu mengaplikasi probiotik. 'Belakangan probiotik semakin populer setelah penggunaan antibiotik di udang dilarang karena meninggalkan residu berbahaya,' kata anggota staf bagian tambak multilokasi BBAP itu.

Dengan aplikasi probiotik selain lingkungan tambak menjadi baik, buntutnya tingkat kelulusan hidup udang melonjak 90% dari semula 75%. Hasil panen naik hingga 20 ton per ha. 'Sementara tambahan biaya probiotik,' Hanya Rp 2.000 – Rp 2.500 per kg udang.

Sejauh ini belum muncul kendala pemakaian probiotik, selain harga yang cenderung meningkat seiring naiknya permintaan. Jadi, pantas bila peternak sapi atau ayam juga melirik probiotik. 'Probiotik dapat meningkatkan penyerapan nutrisi pakan di tubuh,' kata Prof Dr Ir Mohammad Winugroho MSc, periset dari Balai Penelitian Ternak (Balitnak) di Ciawi, Bogor. Dengan banyak manfaat yang diperoleh pantas bila kini probiotik menjadi pilar penting dalam budidaya ikan dan ternak. Agnes Cahyono dan Heru Eko Catur sudah membuktikannya.

Memperkenalkan manfaat Probiotik kepada peserta Pelatihan

Mengingat pentingnya kehadiran probiotik pada usaha budidaya ikan, sejak 4 tahun terakhir ini sayamulai memperkenalkan probiotik kepada peserta pelatihan. Pada tahun pertama tidak berdampak apa-apa , kemudian saya cari tau apa penyebabnya kenapa mereka tidak ada peningkatan bahkan belum memakai probiotik pada usaha budidaya mereka, ternyata jawabannya mereka kesulitan untuk mendapatkan probiotik di daerah , kemudian walaupun ada harganya cukup mahal.

Mereka takut apabila membeli probiotik berbotol-botol dalam satu siklus budidaya, tidak kembali modal atau takut merugi. Alasan itulah yang membuat mereka enggan membeli Probiotik yang ada di pasaran.

Untuk mengatasi kebutuhan probiotik bagi teman-teman peserta pelatihan di daerah, saya mulai mempelajari pembuatan probiotik baik melalui internet maupun kepada teman-teman yang mengerti cara pembuatan probiotik dengan mudah dan harga yang murah. Syukur Alhamdulillah saya bertemu dengan seorang teman yang namanya Bachtiar yang mengerti tentang dasar2 pembuatan probiotik. Dari penjelasan beliau, saya mencoba-coba membuat probiotik di rumah.

Dari beberapa percobaan yang saya lakukan akhirnya saya menemukan Formula yang hasilnya cukup baik, walaupun tidak sesempurna buatan pabrik. Hasil formulasi dan cara pembuatannya dapat dilihat pada bagian belakang tulisan ini.

Pada tahun 2011, Formula hasil uji coba saya tersebut mulai saya perkenallkan pada Safari Pelatihan Budidaya ikan di Kabupaten Kampar, (Riau), Kabupaten Kuala Simpang (Aceh), Kabupaten Agam (Sumatera Barat), Kabupaten Indragiri Hilir (Riau), Kabupaten Pasaman Barat (Sumatera Barat), Kabupaten Sigli ( Aceh ) dll. . Para peserta pada umumnya merasa senang, karena dengan biaya yang relatif murah mereka sudah dapat membuat probiotik sendiri di rumah masing-masing. Dan bahan yang digunakan pun mudah di dapat, bahkan beberapa bahan tersedia di pekarangan mereka, seperti pepaya, pisang, semangka, nenas dan buah-buahan lain yang rasanya manis. Buah-buahan yang dipakai pun yang sudah mulai membusuk yang tidak dikonsumsi lagi oleh manusia.

Setelah beberapa bulan kemudian, baru bermunculan berita-berita positif dari para peserta pelatihan tentang manfaat probiotik yang sudah mereka terapkan di kolam masing-masing. Semisal Pak Mahyudin dari Kabupaten Kampar, menghubungi saya melalui phone selulernya , dia sudah berhasil membuat Probiotik dan hasilnya selain digunakan di kolam sendiri, dia sudah menjual probiotik buatannya kepada masyarakat sekitarnya, dan beliau menceritakan kepada saya setelah menggunakan

probiotik hasil olahannya dapat memberikan hasil panen ikan patin yang lebih banyak, ikannyapun lebih padat dan yang menggembirakan lagi ikan patinnya tidak berbau lumpur lagi. Kemudian pengalaman Pak Sugeng di Bengkulu, probiotik buatannya pernah di lombakan di Kota Bengkulu, mendapat juara dua. Kemudian Probiotik hasilbuatannya diaplikasikan pada benih lelenya, hasilnya benih lelenya sehat, angka kematiannya tidak banyak dan pertumbuhan benih lelenya lebih cepat. Peserta dari Indragiri Hilir menceritakan pengalamannya kepada saya setelah probiotik buatannya diberikan pada bebek-bebeknya yang lumpuh dua hari kemudian bebek-bebeknya tersebut bisa sehatkembali seperti semula. Dari daerah-daerah lain juga banyak yang menghubungi saya dan mengucapkan terima kasih, atas ilmu yang sudah mereka dapatkan, sambil menceritakan perubahan –perubahan yang mereka dapatkan setelah menggunakan probiotik hasil buatan sendiri.

- Keuntungan membuat probiotik sendiri.
Dari sisi analisa usaha sudah jelas sekali bahwa membuat probiotik sendiri jauh lebih untung daripada membeli probiotik hasil pabrik yang dibeli di toko-toko pertanian. Sebagai perbandingan harga 1 botol probiotik apabila kita beli di toko berkisar antara Rp. 30.000,- s/d Rp. 75.000,- ( tergantung merek dan jenisnya), tapi kalau kita buat sendiri per liternya kita mengeluarkan biaya antara Rp.3.500,- s/d Rp.5.000.
Namun, bila pembudidaya tidak mempunyai waktu untuk membuatnya, ya terpaksa harus membeli dari produsen/pabrikan seperti produk PHPMB Probiotik Perikanan yang sudah banyak dipergunakan dan mudah didapatkan di toko pakan ternak terdekat atau bisa melalui online di www.proherbalplus.com, ujarnya.

Senin, 23 Mei 2016

KODIM 0101/BS MENYERAHKAN BIBIT IKAN LELE & TERNAK KAMBING di BANDA ACEH

Banda Aceh. Dandim 0101/BS Kolonel Inf Riswanto beserta para Danramil jajaran menyerahkan bantuan 10,000 ekor bibit ikan lele dan 22 ekor kambing kepada kelompok Tani di Desa Teu Dayah Kec. Kuta Malaka, kegiatan ini merupakan salah satu bagian dari program Serbuan Teritorial dalam rangka Hari Juang Kartika tahun 2015. Kamis (31/12/15).

Dalam kesempatan tersebut Dandim 0101/BS memberikan arahan kepada Pok Tani bahwa pemberian bibit ikan dan ternak Kambing ini merupakan wujud kepedulian TNI AD khususnya Kodim 0101/BS kepada para warga yang ada di wilayah agar nantinya dapat membantu pok tani meningkatkan taraf hidup dan diharapkan dapat berkembang menjadi lebih besar.

Lebih lanjut Dandim mengatakan pihaknya akan terus melakukan pendampingan kepada Pok Tani penerima bantuan dengan memberikan penyuluhan tentang cara dan teknik berternak lele dan kambing yang benar dan efektif, kita juga akan rajin melakukan pengecekan pada kualitas ternak, ketersediaan air serta pemberian pakan ternak. Adapan pemberian pakan ternak ikan ini diberikan ramuan khusus berupa probiotik dan herbal PHPMB Probiotik Perikanan untuk mempercepat masa panen dan mengurangi angka kematian bibit.

Anggota kelompok tani Desa Teu Dayah juga menyampaikan terima kasih yang tak terhingga atas bantuan yang diberikan dan berjanji akan merawat ternak tersebut dengan sebaik baiknya untuk dikembangbiakan.