Rabu, 25 Mei 2016

Pertamina Sukses Pertebal Kocek Pembudidaya Lele di Karang Baru Aceh Tamiang

SIAPA yang tak senang jika ikan lele dipanen lebih cepat dan tingkat kematian dapat ditekan serendah mungkin? Tentunya, kocek pembudidaya akan tebal dibuatnya. Namun yang menjadi pertanyaan, bagaimana hal itu dapat dilakukan?

Awalnya, ada anggapan bahwa budidaya ikan lele itu mudah. Hanya dengan membuat kandang ayam di atas kolam, lele pun akan dapat tumbuh dengan subur dari pakan kotoran ayam. Namun, pemahaman umum dari orang awam tersebut tidak sepenuhnya benar. Pasalnya, membudidayakan ikan lele berkualitas dan berkuantitas tinggi itu tidaklah mudah.

Contohnya, kelompok pembudidaya ikan lele di Desa Kebun Tanjung Seumantoh, Kecamatan Karang Baru, Kabupaten Aceh Tamiang. Mereka hampir putus asa karena selalu mengalami masalah akibat kematian lele yang cukup tinggi.

“Pada 2011 kami mendatangkan benih lele dari Sumatera Utara untuk kami budidayakan. Namun gagal karena sebagian besar mati,” cerita Bambang, Ketua Kelompok Pembudidaya Ikan (Pokdakan) Lele Tanah Berongga.

Untuk membantu pembudidaya lele, pada 2012 Pertamina EP Field Rantau menggelar pelatihan pembenihan teknologi budidaya lele. Tak hanya itu, Pertamina juga berikan bantuan kolam ikan lele. Hasilnya cukup menggembirakan, pembudidaya lele berhasil melakukan pembenihan lele secara mandiri.

Selain itu, pelatihan tersebut juga membuat Pokdakan Lele Tanah Berongga berhasil mengembangkan suplemen pakan lele berbahan dasar rempah-rempah. Suplemen yang dinamai jamu herbal lele ini terbukti mampu meningkatkan daya tahan tubuh lele sehingga tingkat kematiannya menjadi hampir 0 persen dan memiliki kualiatas yang hampir sama dengan produk pabrikan seperti PHPMB Probiotik Perikanan, tubuh lele menjadi lebih padat sehingga saat dipanen timbangannya lebih berat, tidak berlendir dan berbau amis, serta lebih cepat dipanen.

“Dengan jamur herbal lele ini, peningkatan hasil panen kami cukup signifikan. Bila normalnya 1.000 benih menghasilkan 75 sampai 100 kilogram (Kg) lele dalam waktu 3 bulan, sekarang mampu menghasilkan 120 sampai 130 kg lele hanya dalam 75 hari,” tutur Bambang.

Inovasi Pokdakan Lele Tanah Berongga dari hasil pelatihan Pertamina EP Field Rantau tidak berhenti sampai di situ. Pada 2014, Pokdakan Lele Tanah Berongga menerapkan sistem berkebun sayuran akuaponik di sekitar kolam lele. Tujuannya, untuk menjernihkan air kolam. Kolam yang semakin lama semakin keruh dan tercemar amoniak dari kotoran dan pakan dialirkan ke sistem akuaponik sebagai media tanam. Dengan begitu, air yang mengalir kembali dari sistem akuaponik ke kolam lele menjadi jernih kembali.

“Kami cukup menghemat penggunaan air karena dengan sistem akuaponik ini kami tidak perlu lagi membuang separuh air kolam dan mengisinya dengan air baru,” tambah Bambang.

Air kotor dari kolam lele yang dialirkan ke sistem akuaponik justru menjadikan tanaman sayuran subur, karena kandungan kotoran lele tersebut menjadi nutrisi bagi tanaman.

Teknologi budidaya lainnya yang diterapkan Pokdakan Lele Tanah Berongga adalah teknologi padat tebar, yang intinya melipatgandakan jumlah benih lele yang ditebar dalam satu kolam. Tujuan teknologi yang mulai dikembangkan pada 2015 ini adalah mempersingkat masa panen.

Dengan harga Rp16.000/Kg, maka dalam sebulan Pokdakan Lele Tanah Berongga mampu memanen 3 ton lele sehingga mengantongi omzet kurang lebih Rp48 juta. Diiming-imingi peningkatan pendapatan yang cukup pesat dari pembudidayaan lele, sekarang anggota kelompok dan warga desa lainnya menambah jumlah kolam. Kolam lele yang tadinya hanya berjumlah enam sekarang menjadi 100 kolam.
(ris)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar