Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Wilayah IX Sumut-Aceh mengucurkan dana program Coorporate Sosial Responsibilty (CSR) pada Semester II tahun 2012 sebesar Rp800 juta kepada Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) di Desa Aman Damai, Kecamatan Sirapit, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara.
Dana CSR tersebut di antaranya untuk pembinaan kepada Gapoktan yang terdiri dari 20 petani/peternak ikan lele dan bebek petelur serta perajin border sekaligus penyerahan 10 unit mesin jahit, renovasi 10 unit kandang bebek, 2.000 ekor bibit bebek, 100.000 ekor bibit lele, pengadaan 2 unit mesin penepung, 1 unit mesin pelet, 2 unit mesin pompa air, 3.200 kg pelet dan 1.460 kg bahan baku pakan.
"Bantuan tersebut diberikan pada semester II tahun 2012 dan sekarang, tahun 2013
beberapa produk usaha UKM dan Gapoktan tersebut sudah menghasilkan, termasuk ikan lele yang kini lagi panen perdana," kata Mikael Budisatrio, Kepala Divisi Ekonomi dan Moneter Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Wilayah IX Sumut-Aceh kepada wartawan di Balai Desa Aman Damai Kamis (14/3) sore.
Mikael menjelaskan program ini merupakan MoU Bank Indonesia dengan Pemkab Langkat tahun 2012 yang ditandatangani Pemimpin BI Sumut/Aceh ketika itu Nasser Atorf dengan Bupati Langkat Ngogesa Sitepu.
Kepada wartawan di sela-sela acara panen ikan lele di Desa Aman Damai tersebut, Mikael menjelaskan hasil UKM binaan BI tersebut telah menghasilkan 350-400 kg lele siap panen dan bebek serta kerajinan border berupa mukena dan baju yang dibordir.
“Hendaknya hasil binaan BI ini dapatlah dimanfaatkan oleh warga Desa Aman Damai dan kegiatan ini bisa dapat dilanjutkan sehingga terus meningkatkan perekonomian keluarga di desa ini. Dan kami tetap mengawasi bantuan ini dan terjun langsung bersama wartawan,” ujar Mikael didampingi Suti Masniari Nasution, Kepala Pemberdayaan Sektor Riil dan UKM Perwakilan BI Sumut-Aceh.
Mikael mengungkapkan rasa bangganya karena petani/peternak ikan lele dan bebek mampu membuat pakan ternak sendiri dari jerami padi dan keong emas, sehingga cost/pengeluaran dana petani tidak besar.
Hal senada juga diungkapkan Zainal Harun, peternak lele yang mendapat bantuan di desa itu. Menurutnya, bila pakan ternak dibeli di luar maka bukan saja pengeluaran yang membengkak namun usaha ternak ini merugi.
Sebab harga pakan ikan lele mencapai Rp6.000 per kg, sedangkan harga jual ikan lele saat ini Rp1.000 per kg, untungnya masih ada sedikit. Tapi minggu lalu pernah harga jual ikan ke pedagang pengumpul Rp8.000 per kg. "Kalau harga jual ikan lele Rp8.000 per kg, jelas bisnis ikan lele ini akan hancur. Oleh sebab itu pakan ikan lele harus diproduksi sendiri biar ada untung," kata Zainal.
Terlebih lagi, pemberian probiotik herbal yang dibuat sendiri ataupun yang dibeli dari pabrikan wajib diberikan untuk menjaga kesehatan ikan dan ternak seperti yang dilakukan para peternak di beberapa kabupaten di Sumatera Utara yang menggunakan PHPMB Probiotik Perikanan untuk Lele dan Herbavit Plus untuk Ternak Unggas (Ayam, Bebek, Puyuh).
Namun Zainal dan sejumlah peternak di sana yang mendapat bantuan BI menuturkan kalau pengolahan pakan ternak masih terkendala dengan mesin pengering. Jika pengeringan dengan sinar matahari yang tidak menentu maka di pakan tersebut akan timbul belatung yang tidak bisa lagi dimanfaatkan oleh ikan.
Suyoto, peternak bebek di sana juga mengatakan dia mengolah sendiri pakan ternaknya yang bahan bakunya terdiri dari jagung, dedak dan tepung ikan. Jagung digiling oleh mesin bantuan BI dan dicampur dengan dedak serta tepung ikan. Ternak bebeknya kini mencapai 150 ekor yang beberapa bulan lagi akan menghasilkan telur. Bebek tersebut dibeli pada saat berumur 2 hingga 3 bulan yang diperoleh dari salah satu supplier bebek Maju Bersama Poultry Shop di Sei Rampah, Sumatera Utara.
Ketua Gapoktan, Hari Suwarno mengungkapkan bahwa dulunya Desa Aman Abadi ini diperkirakan tidak cocok untuk budidaya lele ternyata setelah mendapat pelatihan dan bantuan dari BI serta Dinas Peternakan dan Perikanan Langkat, desa ini menjadi desa penghasil ikan lele sehingga dapat menambah penghasilan masyarakat setempat.
Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan Langkat Ali Mukti Siregar mengatakan kegiatan ini merupakan MoU antara BI dan Pemkab Langkat tahun 2012. Selain budidaya lele desa juga ini diarahkan dapat membuat program mina padi yakni budidaya ikan dan padi. Diharapkan program ini berhasil seperti yang telah dilakukan Pemkab di Jawa Barat.
Mikael menambahkan pada kegiatan Semester I/2013, BI juga akan melaksanakan program, di antaranya penangkaran benih/bibit padi, budidaya ayam kampong dan renovasi Balai Desa Aman Damai.
Selain panen ikan lele, Mikael juga berkesempatan meninjau langsung pembibitan lele, ternak bebek petelur dan pengerajinan border serta berdialog kepada petani maupun warga setempat. “Saya berharap program CSR BI di Langkat berhasil dan masyarakat ke depan ini menjadi mandiri," ujarnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar