BIREUEN, Awam baca tulis, tak menjadikan pria ini menyerah. Sebaliknya, hari-hari cerah dirintisnya dengan beternak lele jumbo yang tak hanya mendatangkan rezeki berlipat, ia pun dapat menularkan pengalaman dan teknik-teknik lewat bercerita.
"Maklum saya tak pandai baca tulis, jadi hanya menceritakan saja setiap memberi pelatihan," ungkap M. Nasir polos.
Ayah dua anak yang kini berusia 32 tahun ini mengaku profesi yang digeluti bersama seorang temannya itu memiliki pangsa pasar tersendiri. Tak hanya di Kabupaten Bireuen, pemasaran lele jumbo miliknya juga merambah ke kabupaten lain seperti Pidie, Banda Aceh hingga Meulaboh.
Tak kurang dari 500 meter persegi lahan yang ia manfaatkan untuk membuat penampungan pembesaran lele tersebut. Mulai usia 15 hari sampai dengan bulanan, serta satu penampungan untuk 50 ekor induk lele yang siap dikawinkan.
Kendati masih menyewa lahan untuk usahanya itu, M.Nasir yang berdomisili persis berhadapan dengan bak-bak penampungan di Desa Panton, Kecamatan Pandrah, Kabupaten Bireuen, itu selalu kebanjiran pembeli. "Ada saja perorangan maupun dari kantor yang membeli benih lele kemari, bahkan banyak yang mencari induknya," ujar ayah beranak dua ini.
Tak hanya lele, beberapa ikan air payau lain ia pelihara, sebut saja nila, mujair dan lele kampung. Untuk jenis terakhir ia mengaku sulit menjualnya karena tak mudah mendapatkan induk lele kampung tersebut sekarang ini.
Sementara, tentang benih, diakui Nasir dijualnya Rp 200 per ekor usia satu bulan, begitu seterusnya untuk benih berusia dua, tiga atau empat bulan ke atas. Begitupun, usia panen yang dihargai rendah dari pada pasaran membuatnya enggan menjual untuk konsumsi. "Agen membeli Rp 13.000 per kilogram, tapi di pasar harganya sampai Rp 20.000, lebih baik menjual benih atau induknya saja," ungkap Nasir tinggi.
Disebutkannya, pemeliharaan benih yang jauh lebih susah sebanding dengan penghasilan yang ia peroleh setiap bulan. Omzet berkisar Rp25 juta- Rp30 juta per bulan, dipotong biaya pemeliharaan, umpan maupun kebutuhan lain-lain. Tak kurang dari setengah pendapatan bersih mampu dikantongi Nasir.
Untuk mejaga agar kerugian dalam beternak lele seminim mungkin, maka penggunaan probiotik dan obat-obatan merupakan suatu keharusan, dia pun mempercayakan penggunaan PHPMB Probiotik Perikanan, Obat Ikan Fish Medicine MB, dan Zero Micro Water untuk menjaga kualitas air agar bebas dari mikroorganisme patogen.
Namun tak selalu kondisi alam mendukung penghasilan mereka, sebagaimana beberapa bulan lalu tatkala banjir bandang menerjang kawasan pemukiman dan usaha ternak lele tersebut. Tak kurang Rp 30 juta kerugian ditaksir dari rusaknya tambak dan meluapnya ternak ikan di bak-bak penampungan.
Tak hanya itu, satu areal sedang yang berisi puluhan induk ikan lele jumbo itu ikut meluap, alhasil jutaan kerugian dialami Nasir. Bagaimana tidak, sepasang induk—laki-laki dan perempuan— memiliki nilai jual sampai dengan Rp300.000.
Begitupun, Nasir tak mengeluhkan kondisi di mana alam tak bersahabat. "Namanya juga musibah, di balik semua ini pasti ada hikmahnya, tinggal kita yang diberi cobaan bersabar dan berusaha lebih giat lagi," jelas lelaki berkulit legam itu.
Tak ada putus asa dalam kamus hidupnya, bagi Nasir perjalanan kehidupan yang ia lakoni sudah menempa keteguhan dan kekuatan niatnya untuk berusaha membahagiakan keluarganya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar